Model Pembelajaran Tipe STAD ( Student Team Achievment Divisio )
1. Definisi Model Pembelajaran Tipe STAD
Pendidikan di sekolah emiliki tujuan pembelajaran masing-masing. Di mana tujuan pembelajaran tersebut tertuang di dalam suatu kurikulum yang dipakai oleh setiap sekolah. Seorang peserta didik diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut, sesuai dengan indikator-indikator yang tertuang dalam Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi. Dan untuk mencapai dari tujuan pembelajaran tersebut, seorang Guru berusaha untuk menggunakan atau menetapkan model-model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang direncanakan dan digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas. Di mana model yang digunakan pada saat ini yaitu model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD.
Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Menurut
Slavin, dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang
beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari
kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang
berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Pada model STAD, siswa dikelompokkan
secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota yang
lain sampai mengerti. Model kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi
yang maksimal.
Menurut
Wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Tutuhatunewa
( 2004 : 28 ), bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dikelompokkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan memperhatikan adanya perbedaan kemampuan akademis. Selain itu
siswa saling membantu dalam memahami konsep, berdiskusi dan menyelesaikan soal
atau tugas-tugas yang diberikan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD
merupakan suatu model pembelajaran yang membentuk suatu kelompok belajar yang
beranggotakan 4-5 orang, di mana anggota-anggota dalam kelompok tersebut
heterogen, yang berarti memiliki perbedaan dalam kemampuan akademis, jenis
kelamin, suku, dan ras. Dan pada akhirnya nanti siswa saling membantu dalam
memahami konsep, berdiskusi dalam memecahkan soal maupun tugas yang diberikan
oleh Guru. Di mana model pembelajaran STAD ini juga memiliki tujuan, agar
hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Tipe
STAD
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru membentuk
kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2) Guru
menyajikan pelajaran
3) Guru memberi
tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5) Memberi
evaluasi
6) Kesimpulan
3. Tahap
Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD
1. Persiapan materi dan penerapan
siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus
mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa
dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok
heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat
berdasarkan pada :
a)
Kemampuan
akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat
dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus
diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan
tingkat prestasi seimbang.
b)
Jenis
kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif),
dll
2. Penyajian Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di sini
perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan
hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep
yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan
menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama
sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan
pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di
sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan
diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep
maka dapat beralih ke konsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek
terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa
mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu
lama.
3. Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap
kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi
pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan
memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan
kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi,
membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan
bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi
pelajaran.
4. Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit
secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja
dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa
diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan
saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu
dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5.
Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan
mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan,
maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan
seperti kelompok baik, hebat dan super.
6. Perhitungan ulang skor awal dan
pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4
minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.
Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman
yang lain.
4. Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ø Menurut
Davidson (dalam Nurasma, 2006:26), kelebihan model pembelajaran STAD antara
lain:
·
Meningkatkan kecakapan individu
·
Meningkatkan kecakapan kelompok
·
Meningkatkan komitmen
·
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
·
Tidak bersifat kompetitif
·
Tidak memiliki rasa dendam
Ø Menurut
Slavin (dalam Nurasma 2006:2007), kekurangan model pembelajaran tipe STAD
antara lain:
·
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi
kurang
·
Siswa yang berprestasi tinggi akan mengarah pada
kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih domina
Komentar
Posting Komentar