PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penting
bagi kita sebagai generasi penerus pembangunan bangsa dan Negara untuk memahami
masalah kemiskinan sebab, kemiskinan merupakan suatu masalah yang kompleks kita
temuai di berbagai Negara. Kemiskinan merupakan masalah dasar yang harus ditanggulangi untuk menciptakan Negara yang
sejahtera. kemiskinan tidak hanya kita temuai di Negara terbelakang ataupun
Negara sedang berkembang namun juga Negara maju. Karena pada hakekatnya
kemiskinan tidak dapat secara mutlak dihapuskan
dari suatu Negara, tetapi bagaimana caranya agar kemiskinan tersebut
dapat di tekan sampai tingkat paling minimal.
Apabila
kita melihat di indonesia, pengentasan kemiskinan merupakan misi utama yang
ingin sesegera mungkin dituntaskan. Sampai dengan tahun 2011, tingkat kemiskinan nasional adalah
12,49 persen, yang secara real masih merupakan angka yang besar.
Pengentasan kemiskinan tidak hanya akan menyelesaikan masalah dalam hal
financial maupun material tetapi juga kehidupan social masyarakat. Banyak
factor- factor yang mempengaruhi kemiskinan di suatu Negara yang selanjutnya
akan di bahas pada bab berikutnya. Tetapi sebelumnya mari kita lihat realita
yang sudah tercipta, bahwa Indonesia merupakan Negara yang telah dipercayakan
tuhan untuk memiliki sumber daya alam yang melimpah, dengan segala kekayaannya
baik di pertaniannya, pertambangan, perairan dan lain sebagainya. Namun yang
terjadi manusia di dalamnya tidak mampu untuk mengolahnya secara optimal.
Jadi
yang kita harus pahami sekarang adalah bahwa masalah mendasar yang menyebabkan
kemiskinan di indonesia adalah sumber daya manusia indonesia yang tidak
berkualitas dan kurang produktif, yang
disebabkan oleh pendidikan yang kurang memadai atau system pendidikan
yang salah. Selain itu ada juga beberapa masalah penting yang lain yang harus
diselesaikan antara lain Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan, Terbatasnya dan
Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan dan Distribusi pendapatan yang tidak merata.
Oleh karena itu judul “Membidik Faktor Inti
dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia” menjadi hal yang menarik untuk saya
bahas, karena pengentasan kemiskinan adalah hal yang sangat penting dilakukan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tulisan
ini di buat dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik kemiskinan di indonesia dan upaya apa saja
yang perlu dan telah dilakukan dalam pengentasan kemiskinan tersebut
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memberi wawasan lebih kepada pembaca sehingga
dapat menemukan upaya pengentasan kemiskinan apa yang paling cocok di lakukan
kedepannya untuk Indonesia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada
bab ini akan di bahas hal – hal yang merupakan pandangan teoritis mengenai
kemiskinan. Diharapkan bab ini mampu memudahkan pembaca untuk memahami bab
selanjutnya.
II.1. Defenisi
Kemiskinan
Sebelum masuk
lebih dalam kedalam kajian pengentasan kemiskinan di indonesia ada baiknya
penulis memaparkan defenisi dari kemiskian itu sendiri dari berbagai ahli
maupun institusi.
Secara
harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak
berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas,
kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara
individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap
timbulnya permasalahan sosial yang lain.
Dalam
hal ini maka kemiskinan
dapat dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda
melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Selain itu pengertian
kemiskinan yang disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga, diantaranya adalah
BAPPENAS
(1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang
terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang
tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
Levitan
(1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang
layak. Menurut Ellis (1994) kemiskinan
merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi,
sosial politik. Sedangkan seorang ahli dari Indonesia yaitu Suparlan
(1993) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Friedman (1979) sendiri mengemukakan
kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis
kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan,
kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi
sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa
pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah
suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan
hidupnya.
Jadi Kemiskinan
secara ringkas dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan, yang merupakan suatu gejala
multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, social, politik.
II.2.
Bentuk – Bentuk Kemiskinan
Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dan lain sebagainya.
Dari
berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk
kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:
1. Kemiskinan
Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan
pendidikan.
2. Kemiskinan
Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas
garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan
erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya.
Kemiskinan
merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya
kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan
pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi
kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan
pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
II.3. Factor - faktor Penyebab
Kemiskinan
Ada
berbagai hal yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam suatu keadaan yang
disebut sebagai “miskin”. Sebagai gejala multidimensional, kemiskinan memiliki
banyak penyebab tergantung pada sudut pandangnya.vPenyebab
kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:
1. Secara
makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber
daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah;
2. Kemiskinan
muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber
daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah;
3. kemiskinan
muncul sebab perbedaan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) . Adanya
keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan
rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada
rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada
keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang
dikutip Kuncoro (2000: 7) yang mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin
karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).
Kita
dapat merangkum factor – factor pnyebab kemiskinan yang sebagian besar
disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :
1. Tingkat
pendidikan yang rendah
2. Produktivitas
tenaga kerja rendah
3. tingkat
upah yang rendah
4. distribusi
pendapatan yang timpang
5. kesempatan
kerja yang kurang
6. kualitas sumberdaya alam masih rendah
7. penggunaan teknologi masih kurang
8. etos
kerja dan motivasi pekerja yang rendah
9. kultur/budaya (tradisi)
10. politik
yang belum stabil\
kesemua faktor tersebut di atas
saling mempengaruhi, Kesemua faktor tersebut merupakan VICIOIS CIRCLE
(Lingkaran setan) dalam masalah timbulnya kemiskinan (Tulus, hal. 127).
II.4. Mengukur Kemiskinan
Keluarga
miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan,
mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi
kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari keluarga miskin yaitu:
1. Kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar, contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran
keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan,
dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.
2. Kemampuan
dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari
nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan
peran dalam bidang kemasyarakatan.
3. Kemampuan
dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah
keluarga untuk menghindar dan mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non
ekonomi.
Menurut Bayo (1996: 18) yang mengutip pendapat
Chambers bahwa ada lima “ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau
keluarga miskin yaitu sebagai berikut:
1. Kemiskinan
(poverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut: rumah mereka reot dan
dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim,
ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta
pendapatan yang tidak menentu;
2. Masalah
kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari
ketidakmampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi
yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika penyakit
menghampiri keluarga mereka yang membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang
besar;
3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk
ketidakberdayaan kelompok miskin tercermin dalam ketidakmampuan mereka dalam
menghadapi elit dan para birokrasi dalam menentukan keputusan yang menyangkut
nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi dirinya;
4. Lemahnya
ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun kuantitas
sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya
produktivitas mereka;
5. Masalah
keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantung - kantung
kemiskinan yang sulit dijangkau sedang keterisolasian sosial tercermin dari
ketertutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih
luas.
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
III.1. Profil dan
Karakteristik Kemiskinan di Indonesia
Berikut ini akan dipaparkan mengenai profil kemiskinan di
indonesia yang bersumber dari BPS ( Badan Pusat Statistik ) sebagai badan yang
dipercayakan pemerintah Indonesia untuk melakukan pencatatan statististik dalam
berbagai aspek keadaan di Indonesia. Sampai dengan tahun 2011, tingkat
kemiskinan nasional telah dapat diturunkan menjadi 12,49 persen
dari 13,33 persen pada tahun 2010. Gambar 2.1.
Keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinan di samping
diperoleh melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan melalui
3 (tiga) klaster program penanggulangan kemiskinan.
Untuk
mencari solusi penyelesaian kemiskinan, maka ada baiknya agar kita mengetahui
karakteristik kemiskinan di Indonesia. Pertama, disparitas tingkat
kemiskinan antar daerah di Indonesia sangat tinggi contohnya, dimana tingkat
kemiskinan di DKI Jakarta relative rendah yakni sebesar 3,7 persen sedangkan di
papua hampir 32 persen penduduknya miskin ini juga berlaku terhadap ketimpangan
pendidikan yang terjadi di dalamnya. Kedua, sebagian besar masyarakat
miskin berada didaerah pedesaan dan bekerja disektor pertanian, mengapa
demikian karena akses pendidikan di desa terbilang minim sehingga sumber daya
manusia di desa kurang kreatif dan inofatif serta kurang memanfaatkan teknologi
yang ada dan hanya tergantung pada alam.
Ketiga,
banyak penduduk yang keluar masuk antara golongan miskin menjadi hampir miskin
dan sebaliknya.
Melihat
gambaran kemiskinan yang terjadi di Indonesia, tidaklah menjadi suatu yang aneh
atau sudah menjadi suatu kewajaran karena hal sebagai berikut :
1) pembangunan
yang terjadi masih sangat timpang antara daerah, dimana kota-kota besar seperti
Jakarta melesat maju semakin jauh meninggalkan daerah lain seperti Papua.
2) hampir 70 persen tenaga kerja Indonesia
bekerja di sektor informal yang memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif
rendah.
3) harga
produk-produk pertanian yang sangat fluktuatif sehingga kehidupan para petani
tidak memiliki kepastian, hal ini diperparah dengan kebijakan disektor
pertanian yang tidak jelas dan sering berubah-ubah.
4) tindakan
konglomerasi yang masih terjadi hingga saat ini, tentu masih hangat pengumuman
sebuah majalah mengenai 40 orang terkaya di Indonesia yang jika dijumlahkan
hartanya mencapai 10 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
yang jumlahnya saat ini Rp7.396 triliun.
5) kebijakan
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah pun lebih bersifat politis
dan sementara yakni dengan hanya sekedar memberikan bantuan langsung sehingga
konsumsinya dapat meningkat hingga melewati garis kemiskinan. Alhasil ketika
penduduk tersebut keluar dari garis kemiskinan dan tidak lagi memperoleh
bantuan, seketika itu pula penduduk tersebut menjadi miskin kembali.
Padahal
UUD 1945 pasal 27 Ayat (2) secara eksplisit menyebutkan bahwa “tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Artinya sudah menjadi hak masyarakat untuk memperoleh tidak hanya pekerjaan dan
kehidupan tetapi pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Pengentasan
kemiskinan membutuhkan peran negara yang cukup besar dengan cara memberikan
bantuan kepada rakyat miskin agar lebih produktif sehingga rakyat miskin tidak
hanya merasa dibantu tetapi juga didik untuk tetap punya harga diri.
III.2.
Masalah Utama Kemiskinan di Indonesia
Dari
beberapa pemaparan di atas maka dapat di simpulkan upaya apa yang haru di
lakukan adalah membidik masalah utama yang menjadi dasar timbulnya kemiskinan
seperti berikut :
1.
Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal
ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras
sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan
kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk
miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
2. Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan
masyarakat miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak
dari keluarga untuk tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah
satu indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian
bayi. Data Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka
kematian bayi pada kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran
hidup.
3.
Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan,
terbatasnya kesediaan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di
daerah, dan terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses
belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata
seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan antara penduduk kaya dan
penduduk miskin dalam masalah pendidikan.
III.3. Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Ada
beberapa hal yang dapat yang dapat dilakukan untuk menangani masalah kemiskinan
di indonesia diantaranya :
1. Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Kekurangan Pangan
Penanganan
masalah gizi kurang dan kekurangan pangan meliputi:
1.
Perbaikan gizi masyarakat dengan
kegiatan prioritas: penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya
pada rumah tangga miskin.
2.
Peningkatan ketahanan pangan dengan
kegiatan prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk keluarga miskin.
2. Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan
Perluasan
kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan meliputi kegiatan prioritas
sebagai berikut :
1.
Penyediaan bantuan operasional
sekolah
2.
Beasiswa siswa miskin.
3.
Pengembangan pendidikan untuk dapat
membaca.
3. Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan
Perluasan
kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan prioritas sebagai
berikut :
1.
Pelayanan kesehatan penduduk miskin
di Puskesmas
2.
Pelayanan kesehatan bagi penduduk
miskin di kelas III rumah sakit.
3.
Peningkatan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal,
dan kepulauan.
4.
Peningkatan pelayanan kesehatan
rujukan terutama untuk penanganan penyakit menular dan berpotensi wabah,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan ke gawat darurat.
5.
Pelatihan teknis bidan dan tenaga
kesehatan untuk mengurangi tingkat kematian pada kelahiran.
4. Perluasan Kesempatan Berusaha
Perluasan
kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan pengembangan usaha bagi
masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:
1.
Percepatan pelaksanaan pendaftaran
tanah rumah tangga miskin.
2.
Penasehat penataan hak kepemilikan
dan sertifikasi lahan petani.
3.
Penyediaan sarana dan prasarana
untuk usaha.
4.
Pelatihan ketrampilan untuk
menjalankan usaha.
5.
Peningkatan pelayanan koperasi
sebagai modal usaha
Dalam hal Pengentasan kemiskinan Pemerintah
berusaha melalui berbagai program yang terintegrasi mulai dari program
penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh
berbagai elemen Pemerintah baik pusat maupun daerah.
Untuk meningkatkan efektifitas upaya
penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun
2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk
mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun
2014.
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam
melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:
·
Menyempurnakan
program perlindungan sosial
·
Peningkatan
akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
·
Pemberdayaan
masyarakat, dan
·
Pembangunan
yang inklusif
Terkait dengan strategi tersebut
diatas, Pemerintah telah menetapkan instrumen penanggulanang kemiskinan yang
dibagi berdasarkan tiga klaster, masing-masing:
·
Klaster
I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
·
Klaster
II – Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
·
Klaster
III – Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan
Kecil
Ø KLASTER
1
Program dalam Kelompok ini adalah program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial yang bertujuan untuk
melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan
kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk
memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik,
seperti pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial adalah bersifat pemenuhan
hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan,
pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih. Ciri lain dari kelompok
program ini adalah mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat langsung dan
manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin.
Cakupan program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial dititikberatkan pada
pemenuhan hak dasar utama. Hak dasar utama tersebut memprioritaskan pada pemenuhan
hak atas pangan, pendidikan, pelayanan kesehatan, serta sanitasi dan air
bersih.
Penerima manfaat pada kelompok
program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial
ditujukan pada kelompok masyarakat sangat miskin. Hal ini disebabkan bukan
hanya karena kondisi masyarakat sangat miskin yang bersifat rentan, akan tetapi
juga karena mereka belum mampu mengupayakan dan memenuhi hak dasar secara layak
dan mandiri. Beberapa jenis program kelompok ini antara lain, JAMKESMAS,
Program Keluarga Harapan, Raskin, dan BSM ( BAntuan Siswa Miskin )
Ø KLASTER
2
Upaya
penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan secara
langsung pada masyarakat miskin karena penyebab kemiskinan tidak hanya
disebabkan oleh aspek-aspek yang bersifat materialistik semata, akan tetapi
juga karena kerentanan dan minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat miskin. Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan agar masyarakat miskin
dapat keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya yang
dimilikinya.
Kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses
penanggulangan kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat miskin mulai menyadari
kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari kemiskinan. Pendekatan
pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya
melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya
yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk
berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di
daerah.
Karakteristik program pada kelompok
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah
sebagai berikut :
1.
Menggunakan
pendekatan partisipatif
Pendekatan
partisipatif tidak hanya tentang keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan
program, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan
program, meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
serta pemantauan pelaksanaan program, bahkan sampai tahapan proses pelestarian
dari program tersebut.
2.
Penguatan
kapasitas kelembagaan masyarakat
Kelompok
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
menitikberatkan pada penguatan aspek kelembagaan masyarakat guna meningkatkan
partisipasi seluruh elemen masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri
untuk pengembangan pembangunan yang diinginkannya. Penguatan kapasitas
kelembagaan tidak hanya pada tahap pengorganisasian masyarakat untuk
mendapatkan hak dasarnya, akan tetapi juga memperkuat fungsi kelembagaan sosial
masyarakat yang digunakan dalam penanggulangan kemiskinan.
3.
Pelaksanaan
berkelompok kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok
Kelompok
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat harus
menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat miskin untuk selalu membuka kesempatan
masyarakat dalam berswakelola dan berkelompok, dengan mengembangkan potensi
yang ada pada mereka sendiri guna mendorong potensi mereka untuk berkembang
secara mandiri.
4.
Perencanaan
pembangunan yang berkelanjutan
Perencanaan
program dilakukan secara terbuka dengan prinsip dari masyarakat, oleh
masyarakat, untuk masyarakat dan hasilnya menjadi bagian dari perencanaan
pembangunan di tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional.
Proses ini membutuhkan koordinasi dalam melakukan kebijakan dan pengendalian
pelaksanaan program yang jelas antar pemangku kepentingan dalam melaksanakan
program penanggulangan kemiskinan tersebut.
Cakupan program
pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Wilayah
Kelompok berbasis dilakukan pada wilayah perdesaan, wilayah perkotaan, serta wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah tertinggal
Kelompok berbasis dilakukan pada wilayah perdesaan, wilayah perkotaan, serta wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah tertinggal
2. Sektor
Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada penguatan kapasitas masyarakat miskin dengan mengembangkan berbagai skema program berdasarkan sektor tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat di suatu wilayah.
Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada penguatan kapasitas masyarakat miskin dengan mengembangkan berbagai skema program berdasarkan sektor tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat di suatu wilayah.
Penerima Kelompok
program berbasis pemberdayaan masyarakat adalah kelompok masyarakat yang
dikategorikan miskin. Kelompok masyarakat miskin tersebut adalah yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggunakan potensi yang dimilikinya walaupun
terdapat keterbatasan. contoh dari program klaster 2 adalah PNPM Mandiri.
Ø KLASTER 3
Program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah
program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro dan kecil. Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan
akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan
meningkatkan kualitas hidupnya.
Karakteristik
program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
usaha mikro dan kecil adalah:
1.
Memberikan
bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro
Kelompok
program ini merupakan pengembangan dari kelompok program berbasis pemberdayaan
masyarakat yang lebih mandiri, dalam pengertian bahwa pemerintah memberikan
kemudahan kepada pengusaha mikro dan kecil untuk mendapatkan kemudahan tambahan
modal melalui lembaga keuangan/ perbankan yang dijamin oleh Pemerintah.
2.
Memperkuat
kemandirian berusaha dan akses pada pasar
Memberikan
akses yang luas dalam berusaha serta melakukan penetrasi dan perluasan pasar,
baik untuk tingkat domestik maupun internasional, terhadap produk-produk yang
dihasilkan oleh usaha mikro dan kecil. Akses yang dimaksud dalam ciri ini tidak
hanya ketersediaan dukungan dan saluran untuk berusaha, akan tetapi juga
kemudahan dalam berusaha.
3.
Meningkatkan
keterampilan dan manajemen usaha
Memberikan
pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan dan manajemen
berusaha kepada pelaku-pelaku usaha kecil dan mikro.
Cakupan
program kelompok program berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil dapat dibagi
atas 3 (tiga), yaitu: (1) pembiayaan atau bantuan permodalan; (2) pembukaan
akses pada permodalan maupun pemasaran produk; dan (3) pendampingan dan
peningkatan keterampilan dan manajemen usaha.
Penerima manfaat dari kelompok program berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah kelompok masyarakat hampir miskin yang kegiatan usahanya pada skala mikro dan kecil. Penerima manfaat pada kelompok program ini juga dapat ditujukan pada masyarakat miskin yang belum mempunyai usaha atau terlibat dalam kegiatan ekonomi . jenis program ini antara lain adalah Kredit Usaha Rakyat ( KUR ).
Penerima manfaat dari kelompok program berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah kelompok masyarakat hampir miskin yang kegiatan usahanya pada skala mikro dan kecil. Penerima manfaat pada kelompok program ini juga dapat ditujukan pada masyarakat miskin yang belum mempunyai usaha atau terlibat dalam kegiatan ekonomi . jenis program ini antara lain adalah Kredit Usaha Rakyat ( KUR ).
Hasil yang diperoleh pada tahun 2011 dari Klaster I yang
ditujukan untuk mengurangi beban pemenuhan kebutuhan dasar dan untuk memenuhi
kebutuhan dasar anggota rumah tangga miskin melalui peningkatan akses pada
pelayanan dasar adalah: (1) realisasi penyaluran subsidi Raskin sebesar 2,9
juta ton bagi 17,5 juta rumah tangga sasaran penerima raskin, dan adanya
penyaluran Raskin ke-13 untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin
akibat kenaikan harga-harga pangan, termasuk beras; (2) pemberian pelayanan
Jamkesmas bagi 76,4 juta orang; serta (3) penyediaan beasiswa yang direncanakan
untuk 4,7 juta siswa.
Sementara itu, pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)
pada tahun 2011 telah dilaksanakan bagi 772.000 rumah tangga sangat miskin
(RTSM) di 88 kabupaten/kota pada 20 provinsi dengan kualitas yang semakin
meningkat dimana telah terjalin koordinasi antara beberapa program berbasis
keluarga atau rumah tangga, seperti Jamkemas dan beasiswa miskin. Pelaksanaan
PKH juga telah memberikan dampak terhadap peningkatan siswa yang terdaftar pada
satuan pendidikan setingkat SMP sebesar 3,1 persen dan juga peningkatan
kesehatan RTSM.
Sejalan dengan pelaksanaan program Klaster I, hasil yang
dicapai dalam pelaksanan program Klaster II untuk tujuan Pemberdayaan
Masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut. Pada tahun 2011 pelayanan PNPM
Mandiri Inti sudah dilaksanakan di 6.328 Kecamatan di seluruh Indonesia, dan
akan terus dilanjutkan sehingga pada tahun 2012 PNPM Mandiri Inti akan mencakup
di 6.623 Kecamatan, dengan penempatan 30.000 fasilitator sebagai pendamping
masyarakat dan didukung dengan penyaluran bantuan langsung masyarakat sebesar
Rp 10,31 triliun yang berasal dari APBN dan APBD. Pelaksanaan PNPM Mandiri,
juga didukung oleh pelaksanaan PNPM pendukung yaitu diantaranya: (i) PNPM
Generasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas generasi penerus; (ii) PNPM
Kelautan dan Perikanan (PNPM-KP) yang ditujukan untuk memberikan fasilitas
bantuan sosial dan akses usaha modal; (iii) PNPM Agribisnis, yaitu Program
Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP); serta (iv) PNPM Pariwisata yang baru masuk
dalam PNPM Penguatan dengan tujuan mengembangkan kapasitas masyarakat dan
memperluas kesempatan berusaha dalam kegiatan kepariwisataan. Pelaksanaan PNPM
telah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pendapatan rumah
tangga hingga 19 persen dan konsumsi rumah tangga hingga 5 persen dibandingkan
dengan daerah yang tidak mendapat PNPM. Selain itu, akses terhadap kesehatan
juga lebih besar 5 persen dan peningkatan kesempatan kerja yang lebih besar
1,25 persen di lokasi PNPM dibandingkan lokasi non PNPM.
Hasil yang dicapai dalam pelaksanan Klaster III adalah
terlaksananya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM dan koperasi.
Sejak tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2011 kredit yang tersalurkan hampir
Rp 34,42 triliun, dan mencakup sekitar 3,81 juta nasabah dengan tingkat non-performing
loan (NPL) mencapai 2,52 persen. Sebagian besar KUR diserap oleh sektor
perdagangan, restoran, dan hotel (63,7 persen) dan pertanian (17,1 persen).
Penyaluran KUR sebagian besar berada di wilayah Jawa dengan volume KUR sebesar
50,2 persen dan proporsi debitur mencapai 61,0 persen. Pada periode tahun 2011,
dana KUR yang disalurkan mencapai Rp 17,23 triliun dengan jumlah nasabah lebih
dari 1,4 juta nasabah. Pelaksanaan KUR telah memberikan dampak terhadap
peningkatan rata-rata aset usaha sebesar Rp 51 juta, aset rumah tangga sebesar
Rp 12,66 juta dan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp 279.000 per bulan. Selain
itu, KUR juga telah mengatasi pengangguran terselubung bagi debitur dan
keluarganya, serta meningkatkan intensitas utilisasi tenaga kerja dan
kontribusi pada perekonomian nasional.
Selain kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
akses pada pelayanan dasar seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan, dalam
rangka meningkatkan akses penguasaan dan pemilikan tanah/lahan bagi masyarakat
miskin, dilakukan pula penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (P4T). Pada tahun 2011, telah dilakukan redistribusi tanah
sebanyak 186.000 bidang.
Yang paling penting sekarang adalah Kemiskinan tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi sudah menjadi tanggung
jawab semua warga negara pada sebuah negara tanpa terkecuali karena jika kita
hanya menggantungkan pada pemerintah saja maka masalah kemiskinan itu tak
akan kunjung usai. Jika kita ingin maslah kemiskinan ini segera selesai maka
kita harus salang bekerja sama dalam membasmi Virus kemiskinan, karena tanpa
kerjasama dan hanya mengandalkan pemerintah saja hasilnya tidak akan
signifikan. Oleh karena itu kita harus sadar akan beberapa hal antara lain :
1.
Program
yang di buat pemerintah harus jelas dan konsisten untuk memabasmi masalah
kemiskinan. Progam ini harus dijalankan dengan komitmen yang tinggi, dan tepat
sasaran.
2.
Semua
masyarakat harus sadar akan tanggung jawabnya terhadap sebuah negara, tanggung
jawab ini tidak hanya menjaga nama baik sebuah negara, atau mematuhi hukum yang
di tetapkan dalam negara, akan tetapi seperti masalah kemiskinan ini juga
menjadi tanggung jawab oleh semua warga negara, sebagai makhluk social kita
harus saling membantu.
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan, yang merupakan
suatu gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, social,
politik.
Masalah
utama yang menjadi dasar timbulnya kemiskinan di Indonesia adalah Terbatasnya
Kecukupan dan Mutu Pangan, Terbatasnya dan Rendahnya Mutu
Layanan Kesehatan,
Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Terkait hal tersebut Pemerintah
telah menetapkan instrumen penanggulanang kemiskinan yang dibagi berdasarkan 3
klaster, masing-masing, Klaster I
merupakan Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, Klaster II yaitu Program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, Klaster III yaitu Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil.
Namun hal yang
terpenting adalah harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat unruk
menanggulangi masalah kemiskinan ini, agar upaya yang dilakukan dapat berjalan
secara signifikan.
IV.2.
Saran
Dalam pengentasan
kemiskinan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat unruk menanggulangi
masalah kemiskinan sangat di butuhkan, agar upaya yang dilakukan dapat berjalan
secara signifikan. Pemerintah juga harusnya tidak hanya membuat program yang
baik, tetapi juga membuat system distribusi bantua bantuan yang baik, agar
program yang di jalankan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan ( TNP2K),2012
Komentar
Posting Komentar